Senin, 31 Agustus 2009

FRAGMAN PEMBUNUHAN BALITA

kita sedang tidak ingin menitipkan sesuatu, kepadamu. Tapi
berjalan seperti biasa. Seperti tidak ada sisa. Aku percaya,
kau akan mengerti, aku telah menunggu sejak tadi.


maka berangkatlah lelaki itu ke arah utara memasuki lorong-lorong
sempit dan bau parit. Rumah yang juga berderet sempit. Seperti
tempat muara penyakit.

yang menggenang di sana adalah udara, pertanda kau telah tiba.


seketika ditancapkannya masker pelindung hidung, menyemprotkan
semacam asap ke setiap pintu-pintu warga. Menilik dan berbalik
jika pertanda di serang dari belakang. Dan tak disangka pada ke
sekian menilik dan berbalik dijumpainya balita, mengeluarkan
air mata, dan pingsan setelah memandangnya. Sejenak. Lelaki itu
terpana.

“apakah yang aku lakukan tadi termasuk berjaga-jaga,” katanya

ia pun mendadak alpa pada tugas yang diberikan kepadanya.

digendongnya balita sebelum akhirnya tutup usia.

sepatu-sepatu